Situs Makam Syekh Abdullatif

 
Syekh Abdullatif adalah putra dari Syekh Maulana Paqi Ibrahim dari talaga cimeong cipager desa kagok Banjaran Majalengka adalah Cucu dari Syekh Muhyi Pamijahan Ciamis Tasik Malaya atau Cucu dari Sunan Arya Kikis / Pangeran Wanaperi (Raja ke-5 dari Raja Galuh) Dalam batu nisan makam Syekh Abdullatif tertera tanggal 1-1-1266 yang masih diketahui apakah ini masa ketika beliau hidup ataukah tanggal wafat. Sebagai utusan Syiar Agama Islam dari Syekh Nur Jati (santri Syekh Nur Jati ) dan mendapatkan tugas untuk membuka pedukuhan di wilayah Paluamba (Kini Plumbon) di daerah hajain yang sekarang menjadi desa Marikangen.
  
Syekh Abdullatif menjadi Ki Gede Pedukuhan Marikangen (Pendiri Desa) Syekh Abdullatif Adalah santri dari Syekh Nur Jati, sebelum datang ke Desa Kajen (Marikangen) singgah dulu di Desa Sindang Mekar, Desa Keduanan, Desa Lura, lalu datang di Blok Bobojong (kedung marikangen), Blok Telar Kopi (perkebunan kopi) dan menetap disana membuat tempat tinggal. Pada saat itu Syekh Abdullatif memiliki sebuah tongkat, dan pada saat Syekh Abdullatif meninggalkan tongkatnya dirumah, sekembalinya tongkat itu sudah menjadi pohon besar (pohon wungu) yang memiliki kasiat yang dipercaya dapat mengobati segala penyakit.

Pada saat Syekh Abdullatif melakukan tapa, dalam tapanya mendapat petunjuk untuk melaksanakan Ibadah Haji dengan perjalanan menaiki sebuah gentong, ikan, burung garuda dan bertapa disarang burung garuda itu selama 6th dengan pantangan tidak boleh turun dari sana selama 6th, karna apabila itu dilanggar akan menjadi batu dan gagal menjadi kewaliannya. Rasa penasaran Syekh Abdullatif mencoba mencolek dinding goa (dibawahnya) dan memang benar jari dari Syekh Abdullatif mengeras laksana batu sehingga apabila dibenturkan ke batu berbunyi klining klining dan sejak saat itulah dikenal dengan nama Ki Klining.

Pada saat naik haji mendapatkan hadiah tongkat dari raja mesir berupa tongkat besi kuning yang mempunyai manfaat untuk tolak bala (berkahan) dengan cara di cis (celupkan dalam air) dan tradisi adat masyarakat kajen hingga saat ini yaitu setiap bulan roa jumat kliwon menyiapkan air didepan rumahnya.

Sepulangnya Syekh Abdullatif lalu menyiarkan ajaran Agama Islam dan membuka lahan pertanian dan pada saat Pangeran Cakrabuana melakukan kunjungan di desa kajen, pusakanya terjatuh di kedung mari kangen pada saat mandi, atas kejadian tersebut desa kajen berganti nama menjadi desa Marikangen (membuat rada kangen).

Adapun peninggalan dari Syekh Abdullatif yaitu berupa :

Qur'an Istambul Syekh Abdullatif
Qur'an peninggalan Syekh Abdullatif yang berasal dari ibu kota Turki Istambul dengan Panjang 3cm, Lembar 2cm, Tebal 1cm

Tongkat Syekh Abdullatif
Tongkat peninggalan Syekh Abdullatif yang didapat dari Raja Mesir ketika Melaksanakan Haji. Tongkat sejak Abad ±15/16 M. Panjang ±90cm , saat ini masih dipergunakan ketika sholat jum'at sebagai alat khotbah dan tersimpan dalam Masjid Al Kharomah desa Marikangen, Kecamatan Plumbon.

Komentar

  1. Maaf
    Menurut catatan yg merujuk pada keraton bahwasanya syaikh abdul lathif adalah putra Pangeran Welang 2 bin Pangeran Butat bin Pangeran Welang 1 bin Pangeran Pesarean/Muhammad Arifin bin Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatulloh..

    BalasHapus
  2. Mungkin ada kesamaan nama, krn slhsatu putra sayid Faqih ibrahim bin syekh Abdul muhyi pamijahan, bernama syekh Abdul latif

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer